Wednesday, October 19, 2011

Kesalahan yang Sebaiknya Dihindari Suami-Istri dalam Komunikasi

Komunikasi merupakan dasar dari suatu hubungan, agar hubungan tetap langgeng dan bertahan selamanya. Namun, ada kalanya kita melakukan kesalahan dalam berkomunikasi yang mengakibatkan retaknya suatu hubungan atau bahkan hubungan itu akan berakhir.

Berikut ini tiga kesalahan komunikasi yang paling sering dilakukan pasangan dan tips-tips bagaimana cara mengatasinya, seperti yang dikutip dari Your Tango:

1. Membentak Pasangan
Saat Anda marah, biasanya intonasi suara saat berbicara juga akan meninggi. Membentak pasangan pun biasa terjadi ketika emosi sudah memuncak.

Saat emosi memuncak, Anda memang butuh cara untuk menyalurkannya. Jika Anda mengeluarkan emosi itu dengan membentak pasangan, memang Anda akan merasa lega. Tapi perasaan lega itu biasanya hanya akan bertahan sesaat.

Mengucapkan kalimat dalam kondisi emosi juga semakin membuat suasana semakin panas. Kalimat yang Anda sampaikan juga belum tentu diterima dengan baik oleh suami. Dia malah bisa salah paham atau cepat lupa dengan kalimat Anda yang sebenarnya mengandung pesan itu. Pasangan yang marah karena dibentak akan bersikap defensif dan stres ketimbang responsif dan memahami perkataan Anda.

Bagaimana agar hal di atas tidak terjadi? Anda harus paham kalau inti dari komunikasi adalah untuk membuat orang lain paham maksud dari apa yang Anda katakan. Jadi ketimbang membentak pasangan, cobalah untuk menenangkan diri dulu beberapa menit sebelum akhirnya mengucapkan kalimat yang memang ingin Anda sampaikan.

Cara lain yang bisa dilakukan, Anda bisa melepaskan emosi atau kemarahan itu dengan berolahraga. Olahraga merupakan penurun stres paling efektif.

Intinya, cobalah untuk rehat sejenak saat mengobrol dengan pasangan dalam keadaan emosi. Jangan lanjutkan obrolan tersebut. Setelah emosi reda, baru lanjutkan lagi apa yang tadi Anda dan pasangan bicarakan.

2. Bersikap Kompetitif
Bersikap kompetitif perlu dilakukan agar Anda tidak mudah menyerah dan mau bekerja keras. Namun untuk urusan rumah tangga, sebaiknya sikap tersebut dihilangkan.

Kalaupun Anda kompetisi, lakukan untuk hal yang ringan, misalnya menebak skor pertandingan sepakbola atau ketika bermain bulu tangkis. Selain hal-hal yang berbau permainan, kompetisi bisa merusak hubungan Anda dan pasangan.

Jika Anda terus berusaha bersikap kompetitif dalam setiap perdebatan dengan pasangan, memang Anda bisa saja menang dalam adu argumen itu. Tapi dampaknya Anda akan lebih cepat lelah dan membuat pasangan merasa direndahkan.

Bagaimana mengatasi masalah tersebut? Cobalah untuk berpikir dua kali kalau memang Anda termasuk tipe orang yang selalu ingin menang dari pasangan. Orang tipe ini biasanya merasa tidak memiliki kepercayaan diri secara emosional sehingga dia terus ingin lebih superior dari pasangan.

Belum tentu pasangan suka dengan diri Anda yang selalu berusaha terlihat sempurna. Pasangan juga ingin melihat sisi lemah Anda. Di saat itu mereka bisa menunjukkan kasih sayang dan kepeduliaannya pada Anda.

3. Hanya Berpikir Tentang 'Aku' Bukan 'Kita'
Setelah menikah, tidak sedikit orang yang terus berpikir tentang dirinya saja. Dia seolah lupa kalau kini statusnya adalah suami atau istri orang lain.

Saat berpikir tentang 'aku', mereka cenderung fokus pada hal-hal yang memang menguntungkan diri sendiri. Padahal belum tentu hal tersebut juga bermanfaat untuk pasangan atau malah merugikan.

Ketika berkomunikasi, orang yang hanya berpikit tentang 'aku' juga jarang berbicara hal-hal yang berhubungan dengan pasangannya. Mereka hanya terus fokus pada dirinya saja.

Bagaimana cara mengatasinya? Anda harus ingat sebuah pernikahan tidak akan berhasil jika salah satu pihak terus bersikap egois. Lakukan hal yang memang Anda tahu pasangan akan menghargainya.

Tanda-tanda Hubungan Asmara Akan Berakhir

Dalam suatu hubungan percintaan ada kalanya kita akan merasa bahwa kita sudah tidak cocok dengannya. Banyak yang merasa minder karena si dia sudah berubah dan tidak seperti biasa lagi. Sehingga lambat laun hubungan itu akan semakin tak karuan dan tidak sedikit yang berakhir di tengah perjalanan.

Ada baiknya kita mengetahui tanda-tanda yang menunjukkan bahwa rasa sayang dan cinta mulai luntur dan hubungan tidak bisa lagi diteruskan, seperti yang dilansir oleh Female First :

1. Bosan
Di awal hubungan, segalanya terasa begitu menarik dan penuh kejutan, bahkan hal kecil pun membuat perasaan Anda berdua makin kuat. Namun seiring berjalannya waktu, aktivitas menjadi rutinitas dan berkembang menjadi kebosanan. Jika Anda merasa pasangan tidak lagi memperlakukan Anda seperti di awal hubungan, dan Anda tidak ingat kapan terakhir kali bersenang-senang bersamanya, Anda berarti dilanda kebosanan. Anda sudah berusaha memperbaiki hal ini namun tidak ada perubahan? Mungkin sudah waktunya berpisah sementara dan memikirkan baik-baik apa yang ingin dijalani berikutnya.

2. Menginginkan Hal yang Berbeda
Bagi beberapa orang, membicarakan masa depan sering menjadi cobaan terberat dalam hubungan. Ada saja orang yang takut membahasnya karena nyaman dengan apa yang dijalani saat ini. Jika Anda menginginkan masa depan yang jelas seperti menikah dan memiliki anak bersamanya, tapi ternyata ia tidak memikirkan hal itu dan ingin fokus dengan masa lajangnya, sudah jelas Anda berdua menginginkan hal yang berbeda. Jika hal ini berlangsung bertahun-tahun tanpa adanya kepastian yang jelas akan masa depan berdua, bisa jadi ia memang tidak memikirkan memiliki masa depannya dengan Anda.

3. Tidak Mesra Lagi
Saat pertama kali menjalani hubungan, rasanya dunia ini milik berdua. Anda tidak bisa lama-lama berjauhan dan selalu ingin bertemu. Anda juga tidak pernah bisa melepas tangan saat berjalan-jalan bersama. Kini semua hal itu telah sirna. Dengan kesibukan masing-masing, Anda berdua hanya bersikap seperti teman biasa. Hal ini merupakan awal dari permasalahan. Bahaslah baik-baik dengan si dia. Jika ia nampak tidak berusaha sedikitpun memperbaikinya, dan hanya Anda yang memperjuangkan rasa cinta, akhiri saja hubungan tersebut. Tidak adanya lagi kemesraan bisa disebabkan karena tidak ada lagi rasa. Jangan buang waktu Anda.

4. Sering Bertengkar
Hubungan yang sehat pasti diwarnai pertengkaran dan adu pendapat. Hal ini pertanda Anda berdua memiliki semangat dan hasrat yang berbeda akan kehidupan, namun tidak ragu untuk mengutarakannya. Namun ketika Anda berdua mulai sering berkelahi tanpa ada sebab yang jelas, atau ada sebab tertentu namun tak pernah ada solusi, bisa jadi sedang menjalani hubungan satu arah. Akhirnya Anda hanya memilih untuk mengalah, diam saja dan menyetujui apa pun yang ingin dilakukan pasangan. Debat yang sehat tetap harus dijaga, jika hal tersebut tak lagi dilakukan, berarti ada yang salah dalam komunikasi berdua.

5. Satu Arah
Anda merasa berjuang sendirian dalam hubungan yang dijalani. Hanya Anda yang berinisiatif menghubungi duluan, mencari kabar darinya, merencanakan liburan atau waktu bersenang-senang di akhir pekan, bahkan yang mengusahakan segala sesuatunya untuk kenyamanan berdua. Di lain pihak, ia hanya mengikuti rencana Anda tanpa memberikan kontribusi apapun. Hubungan yang baik berjalan dua arah, saling mengasihi dan tidak berat sebelah. Amati kembali hubungan Anda dan jika si dia belum siap mendedikasikan dirinya sepenuhnya untuk Anda, carilah orang yang memang tulus mengasihi Anda.

6. Jarang Berkomunikasi
Komunikasi sangat lancar saat Anda saling berkenalan dulu. Tanpa perlu diminta, Anda atau si dia saling update tentang kabar terbaru. Selalu ada saja topik menarik untuk dibahas berdua, namun lama kelamaan hal tersebut jarang terjadi. Sekalinya dia menghubungi Anda, justru bukan rasa kangen yang terpenuhi, namun perasaan sensitif yang berujung pertengkaran.

7. Insting
Insting adalah perasaan yang paling ampuh untuk merasakan sesuatu yang sedang berjalan tidak semestinya. Sebesar apapun usaha Anda memperbaiki keadaan atau menerima kekurangannya, ada insting yang memperingatkan Anda jika sesuatu terjadi. Sebelum bertindak gegabah dalam hubungan asmara, amati dahulu keadaan dan perilaku si dia. Jika memang tidak ada hal buruk yang dilakukannya, jalanilah segala sesuatunya seperti biasa. Kuncinya, ikuti hati kecil Anda.

Ciri - ciri Sperma Yang Sehat

Di dalam kehidupan seks, sering terjadi keganjalan bahkan pertengkaran akibat saling menyalahkan pasangannya dalam hal keturunan. Banyak dari mereka yang egois dan saling menyalahkan satu sama lain akibat sudah beberapa tahun perkawinannya belum di karuniai keturunan. Dalam hal ini, diantara pasangan satu dan lainnya harus saling mendukung dan mengecek ke dokter ahli. Agar meskipun ternyata menerima sesuatu yang pahit, diantara satu dengan yang lainnya bisa saling memahami dan menerimanya.

Berikut ini ciri - ciri air mani yang sehat menurut Dr. Andri Wanananda MS, salah satu pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta :

1. Air mani atau semen yang sehat biasanya berwarna putih atau abu-abu, kadang-kadang berwarna kekuningan. Jika air mani berwarna merah muda atau merah itu artinya ada masalah serius yang harus ditanyakan ke dokter karena tandanya mengandung darah yang nantinya bisa didiagnosa dokter.

2. Ketika ejakulasi air mani membentuk cairan yang lengket seperti jelly. Jika terlalu encer dapat menyebabkan masalah kesuburan.

3. Rata-rata volume air mani normal yang dihasilkan pada ejakulasi adalah 2-5 ml (setengah sampai 1 sendok makan ukuran Inggris).

Volume air mani menjadi bermasalah jika kurang dari 1,5 ml yang disebut hypospermia yang membuat ejakulasi menjadi kering. Sementara jika jumlah semen lebih dari 6 ml secara terus-menerus maka kondisinya disebut hyperspermia.

4. Dalam setiap 1 ml air mani seharusnya terdapat ada 20 juta sperma. Atau jumlah sperma minimal untuk pria subur adalah 40 juta sperma dimana 75 persennya harus hidup.

5. Dari jumlah sperma yang hidup tadi, maka 25 persennya harus bisa berenang dengan cepat menuju sel telur. Dan 30 persennya harus berbentuk normal alias sempurna.

Rasa Nyeri Adalah Persepsi


Kuningan, Sangat menarik menyimak berbagai ahli di bidang nyeri yang berbicara tentang perkembangan terapi pada pasien gangguan nyeri. Ahli di bidang nyeri yaitu Prof Lukas Meliala mengatakan bahwa hanya 20 persen nyeri yang berasal dari kondisi kerusakan organik, selebihnya adalah faktor non-organik. Ini artinya selain faktor biologi maka nyeri sangat tergantung dengan faktor psikososial.

Kesimpulan itu adalah rangkaian seminar Indonesian Pain Society yang berlangsung di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta belum lama ini. Walaupun yang
berbicara bukan psikiater, saya merasa senang hampir semua pembicara mengatakan pentingnya faktor biopsikososial dalam pendekatan terapi nyeri.

Nyeri adalah Persepsi

Dokter pasti mengetahui bahwa nyeri adalah persepsi tidak nyaman yang dirasakan pasien. Artinya nyeri sangat bersifat subjektif. Pasien tidak pernah
akan bisa diukur secara jelas tentang kadar nyerinya, sampai sekarang tidak ada alat kedokteran yang bisa menyatakan secara jelas titer kadar
nyeri seseorang.

Pemeriksaan nyeri masih menggunakan gambaran visualisasi seperti Visual Analog Scale dan untuk pasien anak dengan gambaran muka dengan perubahan suasana perasaan dari senang, biasa sampai menangis.

Subjektifitas akan sangat berpengaruh dalam hal ini. Misalnya jika Anda merasakan nyeri di angka 6 belum tentu sama berat sakit Anda dengan orang lain yang menyatakan nilai 6 juga.

Maka dari itu terlihat faktor psikologis dan latar belakang sosial seseorang bisa sangat berpengaruh terhadap 'kadar' nyeri seseorang. Orang dengan
latar belakang yang berbeda bisa mengeluhkan nyeri yang berbeda beda.

Seorang yang biasa hidup nyaman dan dalam lingkungan yang memanjakannya bisa merasakan nyeri luar biasa hanya karena tergores pisau saat memotong buah. Sedangkan seorang petani yang biasa bekerja di alam dan hidupnya keras, mungkin tidak akan terlalu berasa sakit walaupun kakinya tersobek oleh paculnya.

Gangguan Nyeri Somatoform

Saya jadi ingat saat kemarin berkesempatan kongres Psikosomatik di Seoul Korea Selatan. Saat itu ada Prof Jon Streltzer, psikiater dan presiden International College of Psychosomatic Medicine yang menceritakan pengalamannya dan penelitiannya tentang nyeri dan terapi psikologis yang dihubungkan dengan hal itu.

Penelitiannya semakin menguatkan bahwa persepsi sangat penting dalam derajat nyeri. Dalam ilmu kedokteran jiwa khususnya bidang psikosomatik medis, dikenal suatu diagnosis Gangguan Nyeri yang merupakan bagian dari Gangguan Somatoform.

Pasien biasanya mengeluh nyeri tanpa disertai adanya suatu kondisi medis yang mendasari dan tidaka danya kerusakan organ maupun serabut saraf yang berkaitan dengan nyerinya. Kondisi ini bisa sangat membuat pasien tidak nyaman karena pengobatan dengan obat-obat anti nyeri sering tidak bisa membantu banyak malahan membuat efek samping pada pasien.

Peran Psikoterapi

Pada banyak kepustakaan dan literatur, penanganan psikologis seringkali menjadi modalitas yang penting ketika modalitas terapi obat tidak banyak membantu. Pasien yang telah diberikan berbagai macam obat nyeri tetapi tidak ada perubahan juga merupakan kandidat untuk dilakukan terapi ini.

Psikoterapi dengan pendekatan Cognitive behavior therapy (CBT) pada banyak kepustakaan dan pengalaman klinis sangat membantu pasien-pasien
dengan gangguan nyeri non-organik.

Perubahan kognitif tentang rasa nyeri yang dialami pasien akan membawa perubahan yang bermakna pada persepsi nyeri pasien yang sering kali memang tidak sesuai dengan kondisi organiknya. Psikoterapi dengan teknik ini sangat membantu apalagi pada pasien dengan gangguan nyeri yang terkait dengan somatoform.

Intinya sebagai dokter di zaman modern sekarang ini, pendekatan biopsikososial yang dikonsepkan oleh George Engel (1977) adalah konsep yang perlu ditekankan pada penanganan nyeri. Bukan hanya dengan obat semata tetapi juga dengan pendekatan psikoterapi yang bermanfaat bagi kesembuhan pasien.

sumber : detik.com

7 Antioxidants are healthy for the body


dr. Noratus Horas, from Tirtayu Healing Center has recently expressed the antioxidant can include vitamins, minerals or enzymes, which exist in certain foods and supplements. But unfortunately, still many of us that are difficult to implement diet (eating) healthy such as eating fruits and vegetables. Yet precisely the source of many antioxidants found in vegetables and fruits.

Here are 7 Super Antioxidants are good for the body:

Ellagic Acid

These compounds, commonly found in red raspberries and can be regarded as one of the most potent cancer fighter because it has antimutagenic properties. A study at Hollings Cancer Center at the Medical University of South California (MUSC) found that ellagic acid works to slow the growth of abnormal cells in the human gut and prevent infected cells from the human papilloma virus (HPV), associated with cervical cancer.

In fact, these compounds attack only cancer cells without harming healthy cells, a process that is useful in the fight against prostate, breast, lung, esophageal and skin cancers. Other studies have also shown that ellagic acid can fight heart disease, reduce the risk of birth defects and accelerate wound healing.

Sources: Raspberry red, pomegranate, strawberries, blueberries and walnuts.

Proanthocyanidins

This antioxidant flavonoids still includes the family. Proanthocyanidins are the compounds that give red and blue colors in fruits, and has proven beneficial to strengthen capillaries, improve vision in the dark, supporting the integrity of the walls of blood vessels and prevent blood clotting. Proanthocyanidins may reduce the risk of heart disease and cancer, and protect against urinary tract infections.

Sources: Raisin, grape seed, grape skin, bilberry, cranberry, black currant, green tea, black tea, pine bark, cocoa.

Glutathione

Glutathione is a very small molecule and is the most important antioxidant because it is located in the cell. This molecule is able to neutralize free radicals, boosts the immune system and helps the liver remove toxins from the body. Glutathione is often called the "master antioxidant" because it serves as a regulator and regenerator of immune cells and the most valuable detoxifying agent in the human body. Low levels of glutathione in the body is closely related to liver dysfunction, immune dysfunction, cardiovascular disease, premature aging and death.

Sources: Goat's milk, whey protein, asparagus, avocado, parsley, broccoli.  

Polyphenols

This represents a large group of micronutrient antioxidants including flavonoids and anthocyanidins. According to a study in the American Journal of Clinical Nutrition, this compound has been shown to prevent degenerative conditions, including cancer and cardiovascular and neurodegenerative diseases.

Sources: Strawberries, green tea, black tea, grape skins, red wine, onions, broccoli, green vegetables, apples, blueberries, cocoa (fruits and vegetables all contain several polyphenols in part)

Vitamin E

The most popular form of vitamin E is alpha-tocopherol, in addition to the gamma-tocopherol. A study in the Journal of National Cancer Institute found that the risk of prostate cancer decreased significantly with high levels of vitamin E. It is known that men with alpha-tocopherol levels in the blood, 51 percent less to develop prostate cancer. While the high levels of gamma-tocopherol in the blood, 43 percent less likely to develop the disease.

Sources: Nuts, vegetable oil, corn oil, green leafy vegetables.

Carotenoids

Karetenoid is fat-soluble micronutrients, which is known as beta-carotene (which can be converted into vitamin A in the body). Mikronutien is believed effective against free radicals, inhibit and prevent cervical cancer, lung, prostate, colon, endometrial and esophageal cancers.

Sources: citrus, vegetables and fruits colored dark green and yellow, such as sweet potatoes, apricots, turnips, carrots, melons, pumpkins and tomatoes. Eggs and spirulina are also good sources.

Ozone

Ozone is a super antioxidant and super-detox which selectively removes viruses, bacteria, toxic metals, and other pathogens from the body. Ozone therapy is effective for treating various diseases such as lupus, rheumatoid arthritis, scleroderma, eczema, acne, Lyme, chronic fatigue, and countless other conditions. Ozone has even been used to treat cancer throughout the world for 50 years, with an impressive success rate.